MENU
LAPOR HOAX

Bangun Indonesia Melalui Infrastruktur Teknologi Listrik, Hutama Karya Luncurkan HK E-Index

17 April 2021

Bangun Indonesia Melalui Infrastruktur Teknologi Listrik, Hutama Karya Luncurkan HK E-Index
PT Hutama Karya (Persero) selama ini dikenal sebagai perusahaan konstruksi dan infrastruktur dengan salah satu proyek besarnya yaitu pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Namun, di balik nama besarnya sebagai perusahaan konstruksi dan infrastruktur jalan tol, Hutama Karya juga tengah disibukkan dengan proyek pembangunan teknologi pembangkit tenaga listrik. Setelah sukses menggelar forum HK Expert Talk pada 25 Maret 2021 kemarin, kini PT Hutama Karya (Persero) tengah gencar memperkenalkan inovasi terbarunya yaitu HK Electricity Index (HK E-Index). HK E-Index sendiri merupakan sebuah metode penghitungan yang dapat mengukur kecukupan kapasitas pembangkit listrik dalam sebuah negara. Penghitungan yang didapat merupakan hasil dari membagi kapasitas pembangkit di sebuah negara dengan jumlah penduduknya. HK E-Index ini juga nantinya dapat mengukur target jumlah pembangkit yang perlu dibangun di Indonesia untuk mengejar keterjangkauan dan ketersediaan pembangkit listrik. Proyek ini tentunya sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia di masa depan.  Sebelum terjun dalam proyek pembangunan teknologi pembangkit tenaga listrik seperti HK E-Index ini, Hutama Karya juga telah terlebih dahulu terlibat dalam pembangunan proyek-proyek RPC besar dan penting di Indonesia. Beberapa proyek tersebut antara lain proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Grati di Pasuruan, PLTGU Tambak Lorok di Semarang, PLTGU Muara Tawar di Bekasi, dan proyek Ultra Supercritical (USC) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terbesar di Indonesia bahkan salah satu yang terbesar di dunia, yang berlokasi di Suralaya, Banten.  “Dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit listrik besar, Hutama Karya juga memiliki unit riset, yaitu HK Center for Knowledge, Research, and Innovation (HK Connection). Maka dari itu, tidak hanya mengerjakan proyek, kami juga menghasilkan beberapa hasil studi dan pemikiran untuk memperkuat elektrifikasi Indonesia. Salah satu inovasi yang kami hasilkan berupa alat ukur indeks kapasitas pembangkit listrik, yaitu HK E-Index,” tutur Novias Nurendra, Direktur Operasi I Hutama Karya. Hutama Karya Meluncurkan Inovasi Infrastruktur Teknologi Listrik HK E-Index

Teknologi Energi dan Infrastruktur untuk Kesejahteraan Bangsa

Berdasarkan hasil studi banding ke negara-negara maju dan berkembang lainnya, Hutama Karya sendiri telah merumuskan tiga aspek penting yang harus diperhatikan untuk mencukupi kebutuhan energi nasional. Ketiga aspek tersebut antara lain availability, reliability, dan affordability.  “Jika Indonesia ingin meningkatkan taraf kesejahteraan, dimana Indonesia juga sudah diprediksi akan menjadi 4 negara besar di tahun 2045, maka yang harus kita kejar adalah keterjangkauan dan ketersediaan pembangkit listrik di negeri kita,” papar Novias Nurendra. Saat ini, rasio elektrifikasi atau jumlah penggunaan barang elektronik di Indonesia mencapai 99,2% dan ditargetkan mencapai 99,9% di akhir tahun 2021 mendatang. Namun, hal tersebut ternyata tidak dapat menjadi alat ukur meratanya pasokan listrik di Nusantara. HK E-Index inilah yang menjadi solusi untuk mengukur target jumlah pembangkit listrik yang masih perlu dibangun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. HK E-Index dapat menentukan jumlah pembangkit listrik yang dibutuhkan Indonesia dalam perkembangannya di tahun-tahun mendatang. Tim HK Connection juga telah melakukan riset dengan HK E-Index dari beberapa negara maju seperti Jerman, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan yang berada di kisaran poin 2,2 - 2,6. Sementara itu, negara berkembang dengan sektor energi yang baik seperti Cina dan Malaysia memiliki index 1,1 - 1,4. Sedangkan untuk Indonesia sendiri, saat ini masih berada di angka 0,26. Angka tersebut terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki GDP (Gross Domestic Product) di atas USD 10.000 per kapita. Dengan data tersebut, terlihat bahwa Indonesia memiliki pekerjaan yang sangat besar untuk mengejar ketertinggalan tersebut.  “Banyak sekali alasan bagi Indonesia untuk mulai fokus membangun infrastruktur energi ini demi menjamin ketersediaan dan keterjangkauan listrik bagi seluruh masyarakat. Apalagi negara kita sangat kaya dengan sumber daya alam, air, angin, bahkan sinar matahari yang melimpah. Masih banyak sumber daya alam yang dapat kita olah menjadi sumber energi baru dan terbarukan, sehingga hal ini juga menjadi peluang bagi kita untuk menciptakan keberlanjutan energi yang lebih baik,” tutup Novias Nurendra dalam paparan singkatnya di forum HK Expert Talk. Mengontrol ketersediaan dan keterjangkauan pembangkit listrik untuk mengakomodir kebutuhan listrik nasional tentu menjadi fokus utama dalam proyek ini. Namun, selain tujuan tersebut dibutuhkan pula teknologi transmisi untuk mencukupi kebutuhan listrik bagi negara kepulauan seperti indonesia.  Dalam hal ini Hutama Karya juga memiliki visi besar untuk membangun Indonesia Power Super Highway, yaitu jalan tol listrik yang dapat mempercepat konektivitas antar pulau. Konektivitas yang dihasilkan jalan tol, jika digabungkan dengan pembangkit listrik yang memadai tentunya akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian di berbagai daerah di Indonesia. Kecepatan konektivitas ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.